Monday, September 15, 2008

Cantik dan Sehat dengan Jilbab Bermagnet

Liputan6.com, Klaten: Cantik dan sehat dengan memakai jilbab. Hal inilah yang mendorong Herawati membuat jilbab sehat. Jilbab yang dikombinasikan dengan magnet ini selain berfungsi sebagai kelengkapan busana muslim, juga bisa membuat penggunanya bebas dari sakit.

Salah seorang pemakai jilbab sehat adalah Emi. Bekerja dengan suhu ekstrem, yakni di ruangan ber-AC dan sering ke lapangan membuatnya sering sakit kepala. Namun keluhan itu tak lagi dirasakan setelah dia menggunakan jilbab sehat. "Setelah saya coba sekitar satu minggu sampai satu bulan, kepala saya terasa ringan," aku Emi.

Dalam membuat jilbab sehat, Herawati sudah memperhitungkan komposisi agar tidak berbahaya dan tak mengandung efek samping. "Memesan magnet berdasarkan ukuran, daya tarik kekuatan magnet, dan platting (lapisan magnet)," kata Herawati.

Di masa mendatang, Herawati juga berencana melakukan diversifikasi produk untuk dekker lengan dan badan, juga peci bermagnet. Dan bagi Anda yang berniat berwirausaha, Herawati membuka peluang untuk waralaba. "Cukup menyediakan tempat dan kami akan mengisi barang," ungkap Herawati.(YNI/Julianus Kriswantoro)

Herawati - 0812.2626.003
Alamat: Jalan Raya Utara 73 Wedi
Klaten, Jawa Tengah

Manusia yang Bermanfaat

Terkadang orang berpikir secara tidak masuk akal dan bersikap egois. Tetapi, bagaimanapun
juga, terimalah mereka apa adanya.

Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud-maksud
buruk di balik perbuatan baik yang kau lakukan itu. Tetapi, tetaplah berbuat baik selalu.

Apabila engkau sukses, engkau mungkin akan mempunyai musuh dan juga teman-teman yang
iri hati atau cemburu. Tetapi teruskanlah kesuksesanmu itu.

Apabila engkau jujur dan terbuka, orang lain mungkin akan menipumu. Tetapi, tetaplah bersikap
jujur dan terbuka setiap saat.

Apa yang telah engkau bangun bertahun-tahun lamanya, dapat dihancurkan orang dalam satu
malam saja. Tetapi, janganlah berhenti dan tetaplah membangun.

Apabila engkau menemukan kedamaian dan kebahagiaan di dalam hati, orang lain mungkin akan
iri hati kepadamu. Tetapi, tetaplah berbahagia.

Kebaikan yang kau lakukan hari ini, mungkin besok dilupakan orang. Tetapi, teruslah berbuat baik.

Berikan yang terbaik dari apa yang kau miliki dan itu mungkin tidak akan pernah cukup. Tetapi,
tetap berikanlah yang terbaik.

Sadarilah bahwa semuanya itu ada di antara engkau dan Tuhan. Tidak akan pernah ada antara
engkau dan orang lain. Jangan pedulikan apa yang orang lain pikir atas perbuatan baik yang kau lakukan. Tetapi percayalah bahwa mata Tuhan tertuju pada orang-orang jujur dan Dia sanggup
melihat ketulusan hatimu .

Sunday, September 14, 2008

6 Tahap Menginstal Linux dengan USB

Selain Windows, sistem operasi Linux juga bisa dijalankan dari sebuah USB (flash disk). Hanya dalam 5 menit, Anda dapat menginstal Linux dari USB.

Anda bisa menggunakan tools bernama UNetbootin. Untuk bisa menginstal Linux dari flash disk, Anda wajib memiliki flash disk berkapasitas meinimal 1GB.

Selain USB, pastikan Anda telah menentukan distribusi Linux yang diinginkan, yaitu: Arch linux, BackTrack, CentOS, CloneZilla, Damn Small Linux, Debian, Dream Linux, Elive, FaunOS, Fedora, Frugalware, Gentoo, Gujin, Kubuntu, Linux Mint, Mandriva, netBSD, NTPasswr, openSUSE, Ophcrack, Parted Magic, PClinuxOS, Puppy Linux, Slax, SliTaZ, Smart Boot Manager, Super Grub Disk, Ubuntu, Xubunu, Zenwalk.

Sebagai contoh, instalasi kali ini menggunakan distro Linux BackTrack 3 dan Ubuntu 8.04.1 LTS, dengan USB Kingstone DataTraveler 2.0 1GB. Berikut langkah-langkah instalasinya, seperti dikutip detikINET dari Softpedia, Jumat (12/9/2008):

1. Download UNetbootin, simpan pada desktop.

2. Klik kanan UNetbootin pada desktop, lalu pilih Properties.

3. Klik tab Permissions, beri tanda centang (v) pada kotak 'Allow executing file as program', lalu klik tombol Close.

4. Tancapkan terlebih dulu USB ke port komputer. Ini sangat penting karena Anda tidak akan bisa menggunakan USB jika menancapkannya setelah Anda membuka aplikasi UNetbootin.

5. Selanjutnya, klik dua kali file exe UNetbootin yang sudah di-download tadi, lalu ketikkan password hingga aplikasi UNetbootin terbuka.

6. Pilih distribusi dan versi Linux yang Anda inginkan, lalu pilih tipe instalasi dan klik Ok untuk memulai instalasi.

Selesai! Reboot komputer Anda dan booting-lah dari USB. Kini Anda dapat menggunakan sistem operasi Linux portabel Anda.

Mengapa Pernikahan Bisa Amat Singkat?

Mengapa Pernikahan Bisa Amat Singkat?
Rabu, 20 Agustus 2008 | 10:39 WIB

ENGGAK nyangka ya kayaknya baru kemarin ada berita dia menikah besar-besaran, eh tahu-tahu sudah cerai,” begitu komentar seorang teman saat menyaksikan berita perceraian seorang artis di infotainment. Komentar-komentar seperti ini beberapa tahun belakangan sering kali terdengar.

Tak heran jika kemudian muncul stereotipe bahwa artis identik dengan kawin cerai. Parahnya, makin ke sini usia pernikahan sepertinya makin pendek saja. Belum satu tahun menikah, sudah saling menggugat cerai. Ternyata, fenomena ini juga terjadi di sekitar kita. Apa penyebab perkawinan singkat? Dan mengapa perempuan sekarang lebih berani memutuskan bercerai?

KURANG UANG
Beberapa faktor yang menjadi penyebab perkawinan berusia pendek, menurut Adriana Ginanjar, psikolog dari Universitas Indonesia, di antaranya:
- Tidak terlalu kenal. Masa pacaran yang singkat bisa jadi penyebab. Mereka tak saling mengenal sehingga terkaget-kaget begitu kelemahan pasangannya terkuak setelah pesta pernikahan.

- Fokus hanya satu hal. Mereka hanya memerhatikan pasangan untuk satu hal saja dan tak melihat lagi hal lainnya. Misal, pasangannya begitu perhatian. Ia tak tahu bahwa selain perhatian, dibutuhkan tanggung jawab, penghargaan, dan lainnya untuk membina suatu perkawinan.

- Masalah keuangan. Uang merupakan masalah sensitif karena menyangkut power dan harga diri, Persoalan ini banyak memicu perceraian. Juga ikut campurnya keluarga dalam persoalan rumah tangga.

- Orang ketiga. Bagi sebagian orang, ketika pernikahan telah dinodai oleh orang ketiga, tak ada jalan lain yang harus ditempuh kecuali perceraian.


CERAI? SIAPA TAKUT!
Menurut Adriana, fenomena makin banyaknya perempuan yang berani mengambil keputusan cerai belakangan ini karena perempuan sekarang banyak yang bekerja sehingga merasa mapan secara ekonomi. Sepuluh tahun lalu, perempuan akan berpikir seribu kali untuk bercerai. Banyak yang perlu dipikirkan, dari soal anak-anak sampai lingkungan sosial.

“Mungkin benar kalau dibilang orang sekarang lebih individualistis. Lebih melihat kepentingan diri sendiri. Pernikahan kini bukan lagi mencari status atau mendapatkan rasa aman, melainkan pencarian kebahagiaan,” ungkap Adriana. Ia juga menambahkan, kebanyakan perempuan sekarang menginginkan perkawinan bisa membawa kebahagiaan dalam waktu singkat. Orang sekarang kurang sabar dan tabah menjalani perkawinan sehingga ketika merasa tak bahagia dalam perkawinan, mereka mudah memutuskan cerai.

Alasan mereka bercerai cepat juga cukup menarik, yakni mumpung masih muda dan anak masih kecil. Dulu, orang yang akan bercerai biasanya akan menunggu anak-anaknya cukup besar atau dirasa siap menerima perceraian. Sekarang, makin cepat malah mungkin dianggap makin baik. Kalau sudah ketahuan tak cocok mengapa harus menunggu 5-10 tahun lagi? Begitu pikir mereka. Makin kecil usia anak makin bagus karena dia belum tahu apa-apa dan akan mudah beradaptasi dengan ayah baru dalam pernikahan berikutnya.

Setiap keputusan yang diambil terburu-buru pastinya tak akan berdampak baik. Kalau setiap kepentok persoalan dalam perkawinan Anda memilih berpisah, wah repot dong. Bukan hanya dua kali, Anda mungkin bakal mengalami pernikahan berkali-kali. Padahal, pernikahan bukan seperti pakaian yang bisa Anda buka dan menggantinya dengan yang baru sesuka hati.

Ada hal yang perlu dipikirkan sebelum Anda memutuskan bercerai, di antaranya kemungkinan untuk mengulang kesalahan yang sama akan lebih besar. Misal, persoalan antara Anda dan pasangan adalah beda komunikasi. Anda merasa komunikasi Anda dengan dia tidak nyambung. Karena itu Anda memilih berpisah dan mencari orang yang komunikasinya bisa nyambung dengan Anda.

Persoalannya, menurut Adriana, kecenderungannya perempuan tertarik pada pria bertipe sama. Kemungkinan besar pasangan barunya akan setipe dengan pasangan lamanya. Bukan tidak mungkin masalah yang sama juga akan terjadi lagi. Dan jika tidak dibereskan, persoalan ini akan terus terjadi.

Belum lagi persoalan anak. Anak akan merasa tidak mendapat perhatian, berkonflik dengan mantan suami gara-gara urusan anak, dan sebagainya. Berikutnya Anda akan menghadapi persoalan baru ketika akan menikah lagi. Siapa yang menjadi korban? Lagi-lagi anak.

TUMBUH BERSAMA
Lantas apa yang harus dilakukan ketika perkawinan mengalami masalah agar tidak terjadi perceraian? Adriana memberi langkah-langkah berikut.
- Atasi Bersama. Jangan menganggap pernikahan bakal steril dari masalah. Ada baiknya sebelum menikah Anda menyiapkan diri kalau-kalau masalah itu ada. Namun, yang paling penting adalah mengatasinya bersama-sama. Kalau ada ketidakcocokan dan perbedaan, benahi bersama. Lakukan komunikasi. Lagi pula bukankah perbedaan malah akan membuat hubungan lebih kaya.

- Terima saja. Kalau komunikasinya tidak berhasil, terima saja hal itu sebagai kelemahan dia yang harus Anda terima apa adanya.

- Toleransi. Bukan hanya komunikasi yang penting, tapi juga toleransinya harus kencang. Toleransi di sini adalah Anda bisa menerima hal-hal negatif dalam diri pasangan. Sadari bahwa ada hal-hal dalam dirinya yang memang harus Anda terima dan ada yang bisa Anda ubah untuk jadi lebih baik.

- Fleksibilitas. Dalam suatu pernikahan, tak ada peraturan mati. Misal, dalam perjanjian sebelum menikah, yang bertugas mengurus keuangan adalah Anda. Tapi di tengah jalan karena satu dan lain hal itu tidak lagi memungkinkan sehingga peraturan harus diubah. Nah, Anda harus bisa menerima itu. Biarkan aturan itu berkembang sejalan dengan pernikahan Anda. Sehingga Anda dan perkawinan sama-sama tumbuh.

- Waktu Berdua. Luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang Anda dan pasangan suka. Ciptakan romantisme. Ini perlu untuk mempertahankan keintiman. Kalau komunikasi Anda dan dia kurang sehat, sering kali bertengkar, lakukan kegiatan ini tanpa berkata-kata. Misal, menonton film sambil berpegangan tangan atau berpelukan. Dari sini bisa tercipta kedekatan emosi.

Jika kondisi bisa tercipta dengan baik, pernikahan singkat tidak perlu terjadi.

Friday, September 12, 2008

Etos pertama: kerja adalah rahmat.

Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.

Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespons semua nikmat itu dengan bekerja ogah-ogahan.


Etos kedua: kerja adalah amanah.

Apa pun pekerjaan kita, pramuniaga, pegawai negeri, atau anggota DPR, semua adalah amanah. Pramuniaga mendapatkan amanah dari pemilik toko. Pegawai negeri menerima amanah dari negara. Anggota DPR menerima amanah dari rakyat. Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.


Etos ketiga: kerja adaah panggilan.

Apa pun profesi kita, perawat, guru, penulis, semua adalah darma. Seperti darma Yudistira untuk membela kaum Pandawa. Seorang perawat memanggul darma untuk membantu orang sakit. Seorang guru memikul darma untuk menyebarkan ilmu kepada para muridnya. Seorang penulis menyandang darma untuk menyebarkan informasi tentang kebenaran kepada masyarakat. Jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri sendiri, “I’m doing my best!” Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.

Etos keempat: kerja adalah aktualisasi.

Apa pun pekerjaan kita, eutah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa “ada”. Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekenjaan.

Secara alami, aktualisasi diri itu bagian dari kebutuhan psikososial manusia. Dengan bekerja, misalnya, seseorang bisa berjabat tangan dengan rasa pede ketika berjumpa koleganya. “Perkenalkan, nama saya Miftah, dari Bank Kemilau.” Keren ‘kan?

Etos kelima: kerja itu ibadah.

Tak peduli apa pun agama atau kepercayaan kita, semua pekerjaan yang halal merupakan ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. Jansen mengutip sebuah kisah zaman Yunani kuno seperti ini:

Seorang pemahat tiang menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengukir sebuah puncak tiang yang tinggi. Saking tingginya, ukiran itu tak dapat dilihat langsung oleh orang yang berdiri di samping tiang. Orang-orang pun bertanya, buat apa bersusah payah membuat ukiran indah di tempat yang tak terlihat? Ia menjawab, “Manusia memang tak bisa menikmatmnya. Tapi Tuhan bisa melihatnya.” Motivasi kerjanya telah berubah menjadi motivasi transendental.

Warisan tak ternilai

Etos keenam: kerja adalah seni.

Apa pun pekerjaan kita, bahkan seorang peneliti pun, semua adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Jansen mencontohkan Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia keberhasilannya meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah karena dia bisa menikmati pekerjaannya.

“Antusiasmelah yang membuat saya mampu bekerja berbulan-bulan di laboratorium yang sepi,” katanya. Jadi, sekali lagi, semua kerja adalah seni. Bahkan ilmuwan seserius Einstein pun menyebut rumus-rumus fisika yang njelimet itu dengan kata sifat beautiful.


Etos ketujuh: kerja adalah kehormatan.

Seremeh apa pun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan. Jika bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan datang kepada kita.

Jansen mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas. Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, kita sudah mafhum. Semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.

Etos kedelapan: kerja adalah pelayanan.

Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.

Pada pertengahan abad ke-20 di Prancis, hidup seorang lelaki tua sebatang kara karena ditinggal mati oleh istri dan anaknya. Bagi kebanyakan orang, kehidupan seperti yang ia alami mungkin hanya berarti menunggu kematian. Namun bagi dia, tidak. Ia pergi ke lembah Cavennen, sebuah daerah yang sepi. Sambil menggembalakan domba, ia memunguti biji oak, lalu menanamnya di sepanjang lembah itu. Tak ada yang membayarnya. Tak ada yang memujinya. Ketika meninggal dalam usia 89 tahun, ia telah meninggalkan sebuah warisan luar biasa, hutan sepanjang 11 km! Sungai-sungai mengalir lagi. Tanah yang semula tandus menjadi subur. Semua itu dinikmati oleh orang yang sama sekali tidak ia kenal.

Di Indonesia semangat kerja serupa bisa kita jumpai pada Mak Eroh yang membelah bukit untuk mengalirkan air ke sawah-sawah di desanya di Tasikmalaya, Jawa Barat. Juga pada diri almarhum Munir, aktivis Kontras yang giat membela kepentingan orang-orang yang teraniaya.

“Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan dilengkapi keinginan untuk berbuat baik,” kata Jansen. Dalam bukunya Ethos21, ia menyebut dengan istilah rahmatan lii alamin (rahmat bagi sesama).

Pilih cinta atau kecewa

* Menurut Jansen, kedelapan etos kerja yang ia gagas itu bersumber pada kecerdasan emosional spiritual. Ia menjamin, semua konsep etos itu bisa diterapkan di semua pekerjaan.

“Asalkan pekerjaan yang halal,” katanya. “Umumnya, orang bekerja itu ‘kan hanya untuk nyari gaji. Padahal pekerjaan itu punya banyak sisi,” katanya.

Kerja bukan hanya untuk mencari makan, tetapi juga mencari makna. Rata-rata kita menghabiskan waktu 30 - 40 tahun untuk bekerja. Setelah itu pensiun, lalu manula, dan pulang ke haribaan Tuhan. “Manusia itu makhluk pencari makna. Kita harus berpikir, untuk apa menghabiskan waktu 40 tahun bekerja. Itu ‘kan waktu yang sangat lama,” tambahnya.

Ada dua aturan sederhana supaya kita bisa antusias pada pekerjaan. Pertama, mencari pekerjaan yang sesuai dengan minat dan bakat. Dengan begitu, bekerja akan terasa sebagai kegiatan yang menyenangkan.

Jika aturan pertama tidak bisa kita dapatkan, gunakan aturan kedua: kita harus belajar mencintai pekerjaan. Kadang kita belum bisa mencintai pekerjaan karena belum mendalaminya dengan benar. “Kita harus belajar mencintai yang kita punyai dengan segala kekurangannya,” kata sarjana Fisika ITB yang lebih suka dengan dunia pelatihan sumber daya manusia ini.

Hidup hanya menyediakan dua pilihan: mencintai pekerjaan atau mengeluh setiap hari. Jika tidak bisa mencintai pekerjaan, maka kita hanya akan memperoleh “5-ng”: ngeluh, ngedumel, ngegosip, ngomel, dan ngeyel. Jansen mengutip filsuf Jerman, Johann Wolfgang von Goethe, “It’s not doing the thing we like, but liking the thing we have to do that makes life happy.”

“Dalam hidup, kadang kita memang harus melakukan banyak hal yang tidak kita sukai. Tapi kita tidak punya pilihan lain. Tidak mungkin kita mau enaknya saja. Kalau suka makan ikan, kita harus mau ketemu duri,” ujar pria yang kerap disebut sebagai Guru Etos ini.

Dalam dunia kerja, duri bisa tampil dalam berbagai macam bentuk. Gaji yang kecil, teman kerja yang tidak menyenangkan, atasan yang kurang empatik, dan masih banyak lagi. Namun, justru dari sini kita akan ditempa untuk menjadi lebih berdaya tahan.


Bukan gila kerja

* Dalam urusan etos kerja, bangsa Indonesia sejak dulu dikenal memiliki etos kerja yang kurang baik.

Di jaman kolonial, orang-orang Belanda sampai menyebut kita dengan sebutan yang mengejek, in lander pemalas. Ini berbeda dengan, misalnya, etos Samurai yang dimiliki bangsa Jepang. Mereka terkenal sebagai bangsa pekerja keras dan ulet.

Namun, Jansen menegaskan, pekerja keras sama sekali berbeda dengan workaholic. Pekerja keras bisa membatasi diri, dan tahu kapan saatnya menyediakan waktu untuk urusan di luar kerja. Sementara seorang workaholic tidak. Dalam pandangan Jansen, kondisi kerja yang menyenangkan adalah kerja bareng semua pihak. Bukan hanya bawahan, tapi juga atasan.

Sering seorang atasan mengharapkan bawahannya bekerja keras, sementara ia sendiri secara tidak sengaja melakukan sesuatu yang melunturkan semangat kerja bawahan. Jansen memberi contoh, atasan yang mengritik melulu jika bawahan berbuat keliru, tapi tak pernah memujinya jika ia menunjukkan prestasi.

Secara manusiawi hal itu akan menyebabkan bawahan kehilangan semangat bekerja. Buat apa bekerja keras, toh hasil kerjanya tak akan dihargai. Ingat, pada dasarnya manusia menyukai reward.

Konosuke Matsushita, pendiri perusahaan Matsushita Electric Industrial (MET) punya teladan yang bagus. Pada zaman resesi dunia tahun 1929-an, pertumbuhan ekonomi Jepang anjiok tajam. Banyak perusahaan mem-PHK karyawan. MEI pun terpaksa memangkas produksi hingga separuhnya. Namun, Matsushita menjamin tak ada satu karyawan pun yang bakal terkena PHK.

Sebagai gantinya, ia mengajak semua karyawan bekerja keras. Karyawan-karyawan bagian produksi dilatih untuk menjual. Hasilnya benar-benar ruarrr biasa. Mereka bisa berubah menjadi tenaga marketing andal, yang membuat Matsushita menjadi salah satu perusahaan terkuat di Jepang.

Bagaimana dengan Anda?

Thursday, September 4, 2008

Aku dan Cinta

Aku tercipta atas cinta yang tulus dari ayah bunda
Aku berdiam dalam rahim sang bunda dalam kesendirian
Aku hanya terdiam dan hanya detak dan getar cinta kuungkapkan bersama bunda
Aku tiada tahu apa sebenar diri ini terdiam sekian lama dalam rahim yang mempesona
Hingga waktu aku harus keluar dari keindahan alam ruh bundaku

Ketika aku terlahir ke alam ini tiada siapa kutahu
to be continue

tulisan pertama

cinta dan benci setipis kulit bawang